Pada tanggal 11-13 Maret 2024, USAID Kolektif mengadakan lokakarya bertajuk “Pengembangan Sistem Pengawasan Berbasis Masyarakat di Kawasan Konservasi Seribu Satu Sungai Teoenebikia” di Kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat Daya. Acara ini dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk NGO, OPD, praktisi dunia usaha dan industri (DUDI), akademisi yang diikuti oleh Perwakilan Dosen Fakultas Perikanan Universitas Muhammadiyah Sorong (Unamin), serta masyarakat lokal, tradisional dan masyarakat hukum adat (MHA) sebagai basis hak ulayat pengelola sumberdaya pesisir dan laut di kawasan tersebut.
Lokakarya ini merupakan upaya kolaboratif yang bertujuan untuk mendapatkan informasi lebih mendalam tentang wilayah Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Seribu Satu Sungai “Teoenebikia”, sekaligus untuk mengetahui potensi Sumber Daya Alam (SDA) dan permasalahan-permasalahan yang terjadi di kawasan tersebut yang melibatkan Kelompok Masyrakat Pengawas (POKMASWAS) yang berasal dari berbagai Distrik di Sorong Selatan diantaranya Distrik Saifi, Konda, hingga Distrik Kokoda untuk melihat sejauh mana perkembangan pengawasan yang telah dilakukan oleh POKMASWAS di KKP Teoenebikia.
Dalam sambutannya, perwakilan USAID Kolektif menegaskan pentingnya kerjasama lintas sektor dan lintas masyarakat dalam menjaga keberlanjutan lingkungan hidup. “Kami percaya bahwa dengan melibatkan masyarakat lokal, kita dapat menciptakan sistem pengawasan yang lebih efektif dan berkelanjutan untuk menjaga kelestarian alam dan sumber daya alam di kawasan ini,” ujar perwakilan tersebut.
Berbagai sesi diskusi panel diadakan selama lokakarya, dimana peserta diajak untuk berpartisipasi aktif dalam memperkuat perlindungan terhadap keanekaragaman hayati laut dengan meningkatkan efektivitas pengelolaan KKP Teoenebikia utamanya dalam pengelolaan sumber daya perikanan meliputi udang, kepiting, kima, hiu, lumba-lumba, ikan sembilan dan lain sebagainya, dengan target konservasi pada ikan lema (dibaca : Kembung), udang, serta kakap putih.
Perwakilan akademisi dari Fakultas Perikanan Unamin, Neneng S. Kalidi, turut memberikan saran serta pandangan ilmiah terkait yaitu agar kiranya di masa akan datang, perwakilan akademisi diberi kesempatan mempublikasikan hasil riset yang telah dilakukan bersama mahasiswa melalui forum resmi serta didiskusikan secara bersama-sama sehingga dapat menjadi basis data dalam penentuan kebijakan pemerintah daerah.
Melalui lokakarya ini, diharapkan akan terbentuk sinergi yang kuat antara berbagai pihak untuk menjaga keberlanjutan lingkungan hidup di Kawasan Konservasi Seribu Satu Sungai Teoenebikia. Dengan dukungan dan partisipasi aktif dari semua pemangku kepentingan, diharapkan kawasan ini dapat terus dilestarikan untuk generasi mendatang (Neng).